Jumat, 03 Februari 2012

tugas bahasa indonesia 2 mite 4feb2012


Originally Posted by antasena_kekota View Post
DEWI SRITANJUNG Adalah putra Nakula, dari kesatrian Sawojajar, negara Amarta dengan Dewi Srengganawati, putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala).
Dewi Sritanjung mempunyai dua orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Sayati, masing-masing bernama ; Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati.
Dewi Sritanjung berwajah sangat cantik, cerdas, pandai dan tahan uji. Ia merupakan prajurit wanita yang sangat sakti dan tangguh, serta mempunyai wasiat sebuah cupu berisi "air kehidupan/banyu panguripan" atas pemberian ibunya, dan aji pengasihan pemberian kakeknya.
Sejak kecil Dewi Sritanjung tinggal bersama kakeknya, Resi Badawangangala di pertapaan Wailu.
Setelah berakhirnya perang Bharatayuda, Dewi Sritanjung pergi ke negara Astina untuk mencari ayahnya.
Di perjalanan ia bertemu dengan Prabu Ajibarang, raja raksasa dari negara Gowasiluman di hutan Tunggarana yang berhasil menipunya dan diajak bersama-sama menyerang negara Astina.
Di negara Astina Dewi Sri Tanjung bertemu dengan Bambang Widapaksa, saudara sepupunya, putra Sahadewa dengan Dewi Srengganawati.
Mereka kemudian bersama-sama membunuh Prabu Ajibarang.
Oleh ayah mereka. Nakula dan Sahadewa, Dewi Sri Tanjung dan Bambang Widapaksa kemudian diperjodohkan, dan diangkat menjadi panglima-panglima Astina di bawah pemerintahan Prabu Parikesit.

http://ki-demang.com/gambar_wayang/i...63&Itemid=1072
srì Tanjung


P. J. Zoetmulder (1983:542) membuat ikhtisar kidung srì Tanjung sebagai berikut. srì Tanjung merupakan kelanjutan dari Sudamala dan menyajikan kisah tentang kedua cucu Tambapetra, yakni Siddhapaksa, putra Sakula dan srì Tanjung, puteri Sahadeva. Siddhapaksa berjumpa dengan srì Tanjung ketika ia diutus oleh majikannya, raja Sulakrama dari Sinduraja, dan singgah dipertapaan tempat srì Tanjung tinggal bersama kakeknya. srì Tanjung dibawa dari sana oleh Siddhapaksa sebagai istrinya. Kecantikannya menimbulkan nafsu sang raja, yang merancanakan sebuah akal agar suami srì Tanjung pergi. Siddhapaksa diutus ke Kahyangan Dewa Indra untuk membereskan hutang Dewa Indra pada sang raja, tetapi dalam surat yang diserahkan Siddhapaksa dituduh merencanakan sesuatu kejahatan kepada para Dewa. Ia berhasil mengatasi mara bahaya dalam perjalanan itu dan dalam waktu satu hari ia mencapai sorga berkat baju ajaib yang pernah diterima oleh Sahadeva, ayah srì Tanjung dari Ra Nini sebagai tanda terima kasih karena Sahadeva telah membebaskan Ra Nini dari sebuah kutukan.

Selama suaminya tidak ada srì Tanjung melawan segala godaan raja. Di sorga Siddhapaksa hampir saja dibunuh, sampai suatu saat identitasnya berhasil diketahui yakni sebagai seorang putra para Pànðava, dan dengan demikian “cucu” Indra sendiri. Selama tujuh hari ia hidup bersama bidadari lalu pulang ke bumi. Di sana ia diberitahu oleh raja, bahwa isterinya main serong ketika suaminya pergi. Tanpa menanyakan apakah tuduhan itu benar – sebetulnya aneh mengingat pengalamannya sendiri di sorga - ia membawa srì Tanjung ke pekuburan Gandamayu dan membunuhnya. Darahnya yang harum menginsyafkan Siddhapaksa isterinya tidak berdosa, tetapi segalanya sudah terlanjur dan ia menjadi gila karena rasa kesal dan duka cita.


Arwah srì Tanjung turun ke kerajaan maut, mengunjungi orang-orang yang terkutuk di neraka dan tiba di pintu gerbang surga. Tetapi di sana ia ditolak karena waktu penerimaan baginya belum tiba. Alam raya bergoyang ketika arwah srì Tanjung kembali ke tubuhnya yang masih terbaring di perkuburan. Rupanya baru saat itulah para Dewa menjadi maklum akan kematian srì Tanjung. Sakti siva (masih dalam bentuknya yang mengeTàrkan sebagi Ra Nini) turun kebumi, menghidupkan kembali puteri Sahadeva yang telah berbuat baik padanya, lalu melakukan suatu upacara penyucian terhadap srì Tanjung untuk melindungi terhadap segala macam penyakit dan kesakitan, nasib malang, sihir dan fitnah (dengan meniadakan akibatnya dalam masa yang silam atau menjadikannya kebal terhadap segalanya itu di masa mendatang); sesudah itu srì Tanjung diutus ke Prangalas. Di sana srì Tanjung menceritakan apa yang terjadi dan kakeknya melakukan suatu upacara lukat lainya baginya. Ra Nini juga membantu Siddhapaksa ketika dia dalam keadaan putus asa datang ke Gandamayu dan mau menikam diri. Atas nasehatnya ia kembali ke Prangalas. Tetapi srì Tanjung tidak mau menjumpainya, kecuali bila Siddhapaksa membawa membawa kepala raja Sulakrama. Para pertapa dari Prangalas dan para Pànðava membantunya dalam mengalahkan tentara Sinduraja dan membunuh rajanya (cerita tiba-tiba terputus di sini).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar