Budaya Instan Lulus Ujian
Nasional
Dulu waktu Idol-idol-an itu sedang merebak,
pembahasan mengenai yang instan-instan juga ngga kalah! Hehehe. Banyak
perdebatan soal artis instan itu ya…
Ngomongin soal yang instan-instan emang ngga’ akan
ada habisnya. Semua orang yang ada di dunia ini pasti ingin mendapatkan segala
sesuatu yang dia inginkan dalam waktu yang singkat! Tidak salah koq sebenarnya
perasaan ini… Saya juga – jika saya menginginkan sesuatu, saya pasti sangat
menggebu-gebu untuk mendapatkannya.
Bukan saya menyalahkan jika seseorang mempunyai
perasaan untuk “cepat-cepat”. Bukankah yang “cepat” itu seharusnya bagus!
Namun, sayang sekali “perasaan
yang menggebu-gebu” untuk mencapai impiannya itu sering kali harus
menghalalkan segala cara.
Mau itu orang dewasa, remaja, sampai anak-anak –
tak pandang umur, semuanya ingin segala sesuatu yang instan. Beugh… Yang instan
emang enak, Bo’! Mie instan, makanan-makanan cepat saji dan lain-lain emang
paling yahud! [Tapi, efek sampingnya juga banyak..
apalagi di bulan-bulan dekat Ujian Nasional 2012
ini. Semuanya pasti pada sibuk menyiapkan diri dengan ikut kursus, les,
bimbingan ini itu. Saya kagum sangat melihat semangat teman-teman yang begitu membara!
Beberapa teman mengikuti bimbingan belajar ini-itu
sering kali karena diiming-imingi atau karena isu bimbingan belajar ini-itu
bakal memberikan bocoran soal Ujian Nasional. Saya tidak menyalahkan bimbingan
belajar tersebut, tetapi oknum-oknum tertentu yang mengiming-imingi bocoran
soal Ujian Nasional (UN 2012).
Selain itu, siswa pun sering kali berpikiran
negatif – mereka merasa bahwa mereka akan dibantu. Sudah semestinya setiap sekolah
mengadakan bimbingan belajar untuk mempersiapkan para siswa, dan sungguh
disayangkan, niat siswa untuk mengikuti bimbingan itu bukan karena benar-benar
ingin belajar. You know what? Mereka di situ cuman ongkang-ongkang kaki!
Kasarnya seperti itu…
Yang ada di otak siswa-siswi itu adalah bahwa
sekolah (punya tim sukses) telah menyiapkan semuanya. Jadi kalimat yang saya
sebut di paragraf sebelumnya, kita ulangi jadi seperti ini:
“Sudah semestinya setiap sekolah mengadakan
bimbingan belajar untuk mempersiapkan para siswa LULUS Ujian Nasional.”
Kesannya sekolah sudah merencanakan semuanya. Saya
sendiri tidak mau banyak bicara soal peran sekolah dalam memberikan bocoran
soal Ujian Nasional (UN) ini. Tapi yang pasti, yang perlu kita perhatikan
adalah “pikiran” para siswa!
Di masa-masa mendekati Ujian Nasional, bukannya
semakin giat untuk belajar dan berusaha – mereka menganggap gampang semuanya.
Berpikiran bahwa pasti ada yang bakal membantu mereka di Ujian Nasional nanti.
Saya jadi tertawa sendiri melihat kenyataan yang
ada. Yang takut menghadapi Ujian Nasional itu bukannya para pelajar, akan
tetapi guru-guru, orang tua, dan pihak sekolah/yayasan.
Dilaksanakannya UN membuat sekolah-sekolah melakukan model
belajar drilling, memaksa peserta didik terus-menerus berlatih soal mata
pelajaran yang akan diujikan. Siswa dipaksa menghafal beragam tipe soal dan
rumus, tanpa harus memikirkan logika soal yang dihadapi atau kritis terhadap
permasalahan yang ia hadapi. Potensi otak yang sangat luar biasa pun menjadi
terlatih berpikir konvergen, yaitu berpikir secara menyempit. Setiap masalah
yang muncul hanya butuh satu jawaban, tak ada alternatif. Sekolah hanya sebagai
tempat ujian, bukan wahana mengasah akal budi.
Di sisi lain, penyamarataan soal-soal UN merugikan sekolah
dan peserta didik yang belum mencapai taraf pembelajaran setingkat yang
diujikan UN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar