Jumat, 20 Januari 2012

un 1

Budaya Instan Lulus Ujian Nasional
Dulu waktu Idol-idol-an itu sedang merebak, pembahasan mengenai yang instan-instan juga ngga kalah! Hehehe. Banyak perdebatan soal artis instan itu ya…
Ngomongin soal yang instan-instan emang ngga’ akan ada habisnya. Semua orang yang ada di dunia ini pasti ingin mendapatkan segala sesuatu yang dia inginkan dalam waktu yang singkat! Tidak salah koq sebenarnya perasaan ini… Saya juga – jika saya menginginkan sesuatu, saya pasti sangat menggebu-gebu untuk mendapatkannya.
Bukan saya menyalahkan jika seseorang mempunyai perasaan untuk “cepat-cepat”. Bukankah yang “cepat” itu seharusnya bagus! Namun, sayang sekali “perasaan yang menggebu-gebu” untuk mencapai impiannya itu sering kali harus menghalalkan segala cara.
Mau itu orang dewasa, remaja, sampai anak-anak – tak pandang umur, semuanya ingin segala sesuatu yang instan. Beugh… Yang instan emang enak, Bo’! Mie instan, makanan-makanan cepat saji dan lain-lain emang paling yahud! [Tapi, efek sampingnya juga banyak..
apalagi di bulan-bulan dekat Ujian Nasional 2012 ini. Semuanya pasti pada sibuk menyiapkan diri dengan ikut kursus, les, bimbingan ini itu. Saya kagum sangat melihat semangat teman-teman  yang begitu membara!
Beberapa teman mengikuti bimbingan belajar ini-itu sering kali karena diiming-imingi atau karena isu bimbingan belajar ini-itu bakal memberikan bocoran soal Ujian Nasional. Saya tidak menyalahkan bimbingan belajar tersebut, tetapi oknum-oknum tertentu yang mengiming-imingi bocoran soal Ujian Nasional (UN 2012).
Selain itu, siswa pun sering kali berpikiran negatif – mereka merasa bahwa mereka akan dibantu. Sudah semestinya setiap sekolah mengadakan bimbingan belajar untuk mempersiapkan para siswa, dan sungguh disayangkan, niat siswa untuk mengikuti bimbingan itu bukan karena benar-benar ingin belajar. You know what? Mereka di situ cuman ongkang-ongkang kaki! Kasarnya seperti itu…
Yang ada di otak siswa-siswi itu adalah bahwa sekolah (punya tim sukses) telah menyiapkan semuanya. Jadi kalimat yang saya sebut di paragraf sebelumnya, kita ulangi jadi seperti ini:
“Sudah semestinya setiap sekolah mengadakan bimbingan belajar untuk mempersiapkan para siswa LULUS Ujian Nasional.”
Kesannya sekolah sudah merencanakan semuanya. Saya sendiri tidak mau banyak bicara soal peran sekolah dalam memberikan bocoran soal Ujian Nasional (UN) ini. Tapi yang pasti, yang perlu kita perhatikan adalah “pikiran” para siswa!
Di masa-masa mendekati Ujian Nasional, bukannya semakin giat untuk belajar dan berusaha – mereka menganggap gampang semuanya. Berpikiran bahwa pasti ada yang bakal membantu mereka di Ujian Nasional nanti.
Saya jadi tertawa sendiri melihat kenyataan yang ada. Yang takut menghadapi Ujian Nasional itu bukannya para pelajar, akan tetapi guru-guru, orang tua, dan pihak sekolah/yayasan.
Dilaksanakannya UN membuat sekolah-sekolah melakukan model belajar drilling, memaksa peserta didik terus-menerus berlatih soal mata pelajaran yang akan diujikan. Siswa dipaksa menghafal beragam tipe soal dan rumus, tanpa harus memikirkan logika soal yang dihadapi atau kritis terhadap permasalahan yang ia hadapi. Potensi otak yang sangat luar biasa pun menjadi terlatih berpikir konvergen, yaitu berpikir secara menyempit. Setiap masalah yang muncul hanya butuh satu jawaban, tak ada alternatif. Sekolah hanya sebagai tempat ujian, bukan wahana mengasah akal budi.
Di sisi lain, penyamarataan soal-soal UN merugikan sekolah dan peserta didik yang belum mencapai taraf pembelajaran setingkat yang diujikan UN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar